Kisah Bisnis : Usaha Inspiratif Pensiunan yang Mengubah Kehidupan dengan Kegiatan Baru!"

  "Kisah Inspiratif Pensiunan yang Mengubah Hidup dengan Bisnis di Daerah Penuh Potensi" Pensiun seringkali dianggap sebagai tahap hidup di mana seseorang menikmati waktu luang mereka setelah bertahun-tahun bekerja. Namun, ada juga pensiunan yang memilih untuk mengambil langkah ekstra dengan memulai bisnis peternakan, pertanian, atau perkebunan di daerah yang penuh potensi. Kisah-kisah inspiratif ini membuktikan bahwa bisnis di sektor ini dapat memberikan hasil yang dapat mengimbangi atau bahkan melebihi penghasilan mereka sebelum pensiun. Mengapa memilih bisnis di bidang peternakan, pertanian, atau perkebunan setelah pensiun? Alasan utamanya adalah peluang yang melimpah dalam sektor ini. Permintaan akan produk-produk pertanian dan peternakan terus meningkat, sementara peningkatan kesadaran akan makanan sehat dan alami semakin mendominasi pasar. Selain itu, teknologi modern juga telah memberikan keunggulan dalam pengelolaan dan peningkatan produktivitas dalam sektor ini.

Bisnis Desain Furnitur Kuno dari bahan Kayu Jati

JATI adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon yang besar dan berbatang lurus dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 meter. Daunnya yang besar akan luruh pada setiap musim kemarau. Jati dikenal dengan nama TEAK (bahasa Inggris). Nama ilmiah jati adalah Tectona Grandis.
Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India Selatan.

Jati yang meranggas/luruh pada saat musim kemarau di daerah Batang - Jawa Tengah
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total bisa mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18–20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) tampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang.dan seringkali masyarakat Indonesia salah mengartikan jati dengan tanaman jabon( antocephalus cadamba ) padahal mereka dari jenis yang berbeda.
Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter.
Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun.
Jati menyebar luas mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indochina, sampai ke Jawa. Jati tumbuh di hutan-hutan gugur, yang menggugurkan daun dimusim kemarau.
Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemudian menyebar ke Semenanjung India, Thailand, Filipina, dan Jawa. Sebagian ahli botani lain menganggap jati adalah spesies asli di Burma, India, Muangthai, dan Laos.
Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200–3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun.
Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan II dan kelas keawetan I-II. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap.
Kayu teras jati berwarna coklat muda, coklat kelabu hingga coklat merah tua. Kayu gubal, di bagian luar, berwarna putih dan kelabu kekuningan.
Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras tampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas.



Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir.
Dalam industri kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah.
Ranting-ranting jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu bakar kelas satu. Kayu jati menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Sebagian besar kebutuhan kayu jati dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar.

(Sumber : Wikipedia Indonesia)

Komentar